Yuhuu, tak terasa kita sampai di penghujung mata kuliah IMKA yang asik ini (harus seneng apa sedih ya, hahaha)
Tugas akhir ini jadi nilai juga buat UAS dan oleh Bapak Sonny kita dibebaskan untuk membuat konsep apapun, dengan saran agar proyek ini menggunakan minimal dua arduino sehingga kita harus menyiapkan mode komunikasi di antara dua Arduino tersebut.
Nah ane dan 2 kawan yang satu tim, yaitu Kurniawan Adhi Ramdhani dan Habib Mufid Ridho mencoba mencari2 ide ngalor ngidul kemana-mana. Sempet kepikiran buat bikin keypad HP yang gagal di tugas sebelumnya (baca : https://cahgantcore.wordpress.com/2014/03/25/tebak-angka-arduino/) tapi kalo dipikir2 habis itu fungsinya buat apa jadinya bingung juga, hahaha
Setelah mencari wangsit dan mandi kembang (ceilah) tercetus lah ide untuk membuat clapmeter. Simpel, tapi ide ini bisa dikembangkan lebih jauh jadi muacem-muacem. Pada awalnya, kita nyoba dulu nih dengan sound sensor yang kaya begini :
Sensor Suara Desibel
Si sensor ini kita cek, apakah fungsinya emang udah bener apa belom. Kita coba masukin ke Arduino, colok2, trus masukin ke serial port jadi biar input desibel suaranya bisa dilihat. Rangkaiannya gini niih :
Poto Prototype
Setelah yakin paham sistem kerjanya si sound sensor, masuklah kita ke mode imajinasi yang kedua. Jadi si sound sensor ini mau diapain? Setelah puasa 40 hari 40 malam dan tidak tidur 40 menit 40 detik (apaan sih) ditemukanlah ide untuk membuat visualizer +clap meter yang bisa menyalakan dan mematikan speaker 😀
Idenya dari si Habib nih yang seorang anak DKM tapi juga pemusik yang make syntethizer (DJ gitu). Kita pengen bikin alat yang punya dua fungsi utama :
1. Visualizer. Suara akan masuk sebagai angka desibel, lalu dari nilai desibel itu kita akan membuat visualisasi menggunakan LED. Nah, karena ini pengennya syariah, jadi kalau suaranya terlalu berisik ia akan mematikan speaker yang digunakan biar g mengganggu tetangga.
2. Clap Meter. Sensor suara akan mengambil seberapa keras suara yang dihasilkan oleh tepuk tangan lalu menampilkan levelnya di LED. Kebalikan dari si Visualizer, Clap Meter ini akan menyalakan speaker bila tepuk tangan melewati kekerasan tertentu.
Dengan spek itu, hardware yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Input :
Tombol untuk mengubah mode
Proses :
Output :
Ini ni wujud LED Matrixnya
- Relay (buat nyambungin ke listrik rumah)
- Speaker
Setelah siap dengan alat-alatnya, kita buat deh block diagram untuk si alat ini :
Ini block diagram dari alat yang kita bikin 😀
Nah, di sini kita punya dua LED Matrix yang harus di atur, sedangkan pin2 dari satu LED Matrix aja udah menghabiskan seluruh pin yang ada di satu arduino. Maka tanpa babibu kami menyiapkan arduino kedua untuk mengatur LED Matriz yang satunya lagi. Ada dua Arduino, artinya ada dua kode :
(kodenya agak susah dikopi karena banyak dan kalo langsung ke sini jadinya g rapi. Silahkan lihat diblog kawan saya berikut :
http://habibridho.com/?p=84)
Naah, dengan kode yang kami buat di atas, activity flow dari sang alat menjadi seperti ini :
Ini nih Activity FLownya
Berikut gambar2 dari implementasi yang kami lakukan :
Begini gambar implementasinya, rada berantakan, haha
Dan inilah hasil waktu testing 😀 –>
Hasil Testing
Pada hasil akhir testing, sebenarnya sistem sudah berjalan dengan cukup baik, clap meter berfungsi sebagai mestinya dan menyalakan speaker ketika batas desibel tertentu terlewati dan visualizer menunjukkan pergerakan2 LED yang atraktif meskipun variasinya masih terbatas. Hal-hal yang kami hadapi kami rangkum sebagai berikut :
Kesulitan
- Merangkai relay (awalnya bingung bagaimana kerja relay, namun setelah diutak atik dan dibolak-balik akhirnya relay dapat berfungsi optimal)
- Mencari datasheet dari LED matrix (sewaktu kami membeli LED matrix, kami tidak menanyakan datasheet dari LED yang bersangkutan kepada penjual. Sehingga kami kerepotan dalam memahami pin mana berfungsi apa. Untunglah ada suatu blog di China yang memberi kami petunjuk)
- Pengaturan nyala mati LED matrix (ini sebenarnya adalah turunan dari masalah sebelumnya, haha)
Keseruan
- Menyambungkan dua arduino (sewaktu kami menghubung-hubungkn kedua Arduino, awalnya kami kebingungan, bagaimana caranya menghubungkan mereka. Tapi ternyata ketika kami colok2kan dan kami sambungkan listrik di satu Arduino, keduanya menyala dan keduanya mendapatkan akses kepada sensor suara. Setelah itu kami tidak mengutak-atik susunan, karena kami sendiri tidak yakin apa yang membuat rangkaian ini bekerja, hahah)
- Testing dengan musik (ada keasikan tersendiri memperdengarkan musik dan tepuk tangan kepada sensor suara kami karena kami pun juga merasakan keseruan dari lagu2 yang dimainkan)
Sekian dari saya, Sebuah eksplorasi yang menyenangkan dari Arduino. Ia membuka cakrawala baru bagi saya untuk melihat banyak kesempatan yang ada di luar sana :D. Kadang2 malah sampai kepikiran “weh, masalah ini bisa diberesin pake Arduino dong, tinggal gini, trus gitu, trus …” dan hal itu berlaku bahkan pada hal-hal yang sebelumnya bukan merupakan sebuah masalah.
Terima kasih Bapak Sonny, terimakasih Arduino, dan terimakasih untuk seluruh pihak yang telah bersedia meminjamkan barang2nya kepada kelompok kami (Arduino tambahan dari kelompok Andy Primawan, relay dari kelompok Divo Afif) dan juga kepada kedua rekan tim saya yang aneh2 : Kurni dan Habib, Ciao!